Motto : Melangkah Pasti Meraih Prestasi

Senin, 12 Desember 2011

MANA YANG HARUS DIPILIH, KUALITAS ATAU KUANTITAS PENDIDIKAN ?

Kebijakan Pemerintah yang akan memberlakukan wajib belajar 12 tahun di tahun 2012 menimbulkan tanggapan pro dan kontra di berbagai kalangan. Dari pencarian singkat yang saya lakukan di internet, Mendiknas mengatakan bahwa salah satu tujuan wajib belajar 12 tahun adalah untuk mengurangi angka putus sekolah. Padahal Pendidikan merupakan proses pengembangan manusia sehingga ia mengalami peningkatan kemampuan dalam hal pemecahan masalah (problem-solving).Yang jadi pertanyaan adalah apakah hanya sekedar lulus SMA/SMK saja, bagaimana dengan kualitas lulusannya ? Mana yang harus dipilih : Kualitas Lulusan apa Kuantitas Lulusan ?
Bila kita mau mengamati kejadian riil di lapangan dewasa ini cukup memprihatinkan, dunia pendidikan kita, diantaranya :
• Banyak anak lulusan SD masuk ke jenjang SMP dengan bekal sangat minim. Yang paling mudah diamati adalah anak tersebut tidak lancar perkalian angka dari 1 sampai 10. Bagaimana siswa tersebut dapat mengikuti pelajaran matematika dan IPA Fisika di SMP dengan baik ? Siapa yang bertanggung jawab ? Guru SD, siswanya atau sistim Pendidikannya ?


• Banyak siswa SD maupun SMP saat ini sangat rendah motivasi belajarnya. Terbukti bila ulangan nilainya jelek tidak merasa bersalah sama sekali, sehingga muncul rumor : Hobi anak sekolah sekarang adalah REMIDI. Itu tidak lepas dari pengalaman kakak kelas yang menjadi cermin baginya, dimana syarat naik kelas sangat mudah Dan yang lebih memprihatinkan lagi, dari beberapa anak tersebut ada yang mempunyai pemikiran bahwa nanti kenaikan pasti naik, ujian pasti lulus tanpa usahanya sendiri, alias ketergantungan pada siswa lain alias menghalalkan cara-cara curang dalan ulangan atau ujian.

• Di berita Koran maupun televisi sering diwartakan terjadinya kecurangan siswa dalam pelaksanaan UN di tingkat SD maupun di tingkat SMP, baik berupa kebocoran soal, kecurangan siswa dalam menjawab soal, beredarnya SMS jawaban dan lainnya. Itu semua bertujuan untuk memperoleh nilai ujian yang tinggi biar bisa lulus dan melanjutkan ke sekolah favorit, tanpa memperhitungkan kualitas diri siswa sendiri.

• Sering dibandingkan negative antara sekolah regular dengan Sekolah terbuka / paket A / B. Katanya yang sekolah tidak setiap hari saja mudah naik kelas / lulus, maka yang regular harus naik semua atau lulus semua. Padahal bisa saja yang tidak setiap hari sekolah lebih serius dalam belajar, sedang yang regular tidak.

Kualitas dan kuantitas adalah dua kata yang sering menjadi aspek utama dalam merefleksikan keberhasilan dalam perkembangan pendidikan suatu negara. Kualitas adalah tolok ukur yang terkait dengan kemampuan, skill, kecerdasan siswa dan lain-lain, sedangkan kuantitas adalah tolok ukur yang berkaitan dengan angka / jumlah lulusan. Bila orientasi mutu suatu sekolah hanya dilihat dari banyaknya siswa yang naik kelas, besar kecilnya nilai UN serta prosentase lulusannya berarti orientasinya adalah kuantitas lulusan, bukan kualitas lulusan.
Beberapa ahli pendidikan mengatakan bahwa kualitas pendidikan berbanding terbalik dengan kuantitas pendidikan. Itu artinya antara kualitan dengan kuantitas tidak dapat berjalan bersama. Bila di satu sisi kita mengejar kuantitas lulusan suatu sekolah yaitu agar dicapai prosentase lulusan tinggi , maka akan didapat lulusan yang kurang berkualitas. Dan sebaliknya bila kita ingin mendapatkan kualitas lulusan suatu sekolah, maka akan didapat kuantitas lulusan yang lebih kecil yaitu prosentase lulusan tidak menjadi target tinggi. Bagaikan buah simalakama mana yang harus dipilih ?
Bagi para guru dilapangan saya menyarankan jangan terlalu pusing memikirkan hal di atas. Yang lebih penting dipikirkan adalah bagaimana menjadi guru yang baik ? Tugas guru tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi lebih dari itu harus mampu mengubah tingkah laku siswa ke hal-hal yang lebih baik, yaitu dari tidak bisa menjadi bisa, dari bodoh menjadi pintar, dari nakal menjadi tidak nakal, dari anak yang kurang menghargai waktu menjadi siswa yang menghargai waktu, bertanggungjawab, disiplin dan sebagainya. Selamat berjuang wahai para guru ………… semoga Allah menjadikan pekerjaan guru menjadi amal jariyah kalian, amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar